Abstrak
Kisah
ratu Balqis dalam al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari penuturan tentang nabi
Sulaiman. Penokohannya begitu kuat;
sebagai seorang penguasa negri Saba’ yang aman sentosa. Ia adalah seorang ratu yang adil dan bijaksana memimpin rakyatnya. Ia begitu pintar dan tajam ldalam pemikiran, ahli strategi yang ulung dalam mengambil
keputusan yang terbaik bagi rakyatnya ini terbukti ketika diminta untuk tunduk
pada nabi Sulaiman.
Pendaluluan
Di antara figur perempuan yang
terdapat dalam al-Qur’an, ratu Balqis mungkin masih tetap tokoh yang paling
sukar difahami. Kemunculannya begitu
kuat dan mengundang teka-teki, menolak setiap paradigmatisasi[2].
Sebagai penguasa kaum pagan—dalam hal ini pengembah mata hari, ia cakap bernegosiasi
dengan nabi Sulaiman. Dan ketika ia mengakui kekuasaan nabi Sulaiman, ia
kemudian tidak tunduk begitu saja tapi secara diplomatis menyatakan bersama
Sulaiman tunduk kepada Allah.
Barbara Freyer Stowasser menyatakan bahwa dalam tafsir tradisionalis,
kisah tentang ratu Balqis ini masih tetap membingungkan. Hal ini terkait belum
diterimanya wacana perempuan sebagai kepala negara. Ditambah lagi pengisahan
ratu Balqis ini dalam al-Qur’an lebih didominasi kisah supranatural nabi
Sulaiman dibanding mengungkapkan
berbagai hal yang bermanfaat bagi tafsir ilmiah[3].
Kisah tentang ratu Balqis sebagai penguasa negeri Saba’ dalam al-Qur’an
diceritakan dalam surat an-Naml yang berarti semut[4].
Dan
tentang negeri Saba’ diuraikan secara panjang lebar pada surat Saba’.
Ratu Balqis adalah Penguasa
Negeri Saba
Al-Qur’an memaparkan kisah seorang
ratu yang memerintah kerjaan yang besar, yaitu ratu Balqis penguasa negeri
Saba’[5].
Hal ini dijelaskan al-Quran dalam surat Saba’/34 : 15 berikut:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’
ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di
sebelah kanan di sebelah kiri. Makanlah olehmu dari nezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya (negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. QS Saba’/
:15.
Dalam ayat di atas diceritakan
tentang negeri Saba’ aman dan makmur (baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur) di masa pemerintahan ratu Balqis. Kerajaan
Saba’ berdiri pada abad VIII SM, pengaruh kekuasaannya mencakup Ethiopia dan
salah satu negeri yang sangat terkenal ketika itu yaitu Ma’rib dengan bendungan
yang sangat besar[6].
Pada ayat selanjutnya dikisahkan bahwa walaupun Allah telah melimpahkan
begitu banyak anugerah-Nya kepada mereka, namun mereka tetap ingkar kepada-Nya.
Lalu Allah mengirimkan banjir yang besar kepada mereka. Demikianlah balasan
Allah atas kekufuran mereka. Firman Allah:
Lalu mereka berpaling, maka
Kami datangkan kepada mereka banjir yang besardan kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pepohonan) yang berbuah pait, pohon Atsal, dan
sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi mereka balasan karena
kekafiran mereka, dan kami tidak membalas melainkan kepada orang-orang yang sngat
kafir. QS. Saba’/34 : 16-17.
Menurut Ibnu ‘Asyur sebagaimana
yang dikutip M Quraish Shihab bahwa terjadinya peristiwa banjir tersebut
setelah masa ratu Balqis yang telah menganut ajaran agama yang diajarkan nabi
Sulaiman. Sepeninggal ratunya yang adil itu, kaum Saba’ kembali menjadi kaum
yang ingkar. Lalu Allah menghancurkan mereka melalui bencana banjir besar
setelah runtuhnya bendungan Ma’rib[7].
Nabi Sulaiman dan Burung
Hudhud
Kisah tentang Ratu Balqis dalam al-Qur’an terkait dengan kisah
kerasulan nabi Sulaiman AS putra nabi
Daud. Informasi tentang ratu Balqis yang berkuasa di negeri Saba’ ini diterima
nabi Sulaiman[8]
secara tidak diduga sebelumnya dari burung Hudhud. Burung Hudhud ini merupakan
bagian dari bala tentara kerajaan nabi Sulaiman. Dikisahkan dalam suatu
perjalanan nabi Sulaiman dengan bala tentaranya dan setibanya di tempat tujuan
ia mengadakan inspeksi terhadap pasukannya. Ketika memeriksa barisan
burung-burung, ia tidak mendapati burung Hudhud. Hal ini sebagaimana yang
disitir dalam al-Qur’an:
Dan dia memeriksa
burung-burung lalu berkata,” Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia
termasuk yang tidak hadir? Sesungguhnya aku benar-benar akan menyiksanya dengan
siksa yang pedih atau aku benr-benar akan menyembelihnya kecuali jika benar-benar
dia datang kepadaku dengan bukti yang terang. QS
an-Naml/27: 21
Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa setelah memeriksa
barisan bala tentaranya namun nabi Sulaiman tidak menemukan burung Hudhud. Lalu
ia bertitah,” Sesungguhnya aku
benar-benar akan menyiksanya dengan siksa yang pedih atau aku benar-benar akan
menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan bukti yang
terang”,yakni alasan yang jelas yang dapat diterima[9]. Lalu tak lama berselang datanglah si
burung Hudhud. Ia membawa berita yang belum diketahui oleh nabi Sulaiman
sebelumnya. Yaitu tentang negeri Saba’ yang diperintah oleh seorang wanita,
yang konon bernama Balqis binti Syurahil. Sang ratu dianugerahi segala
sesuatunya yang dapat menjadikan kekuasaannya langgeng, kuat dan besar.
Misalnya tanah yang subur, penduduk yang taat, kekuatan bersenjata yang tangguh
serta pemerintahan yang stabil. Serta ia mempunyai singgasana yang besar
sebagai cerminan kehebatan kerajaannya[10],
sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah:
Maka tidak lama kemudian lalu(burung Hudhud)berkata”Aku
telah mengetahui sesuatu yang engkau belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu
dari Saba’ suatu berita yang meyakinkan. Sesungguhnya aku menjumpai seorang
perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar. QS an-Naml/27: 22-23
Lalu burung Hudhud melanjutkan ceritanya; setelah menjelaskan keunggulan kerajaan Saba’
tersebut secara material, ia kemudian menguraikan kelemahannya secara spritual.
Bahwa sang ratu dan kaumnya beribadah dengan menyembah mata hari—menyembah
selain Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman Allah
selanjutnya:
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari,
selain Allah: dan setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga
mereka tidak mendapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah. Yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa
yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai arasy yang besar. QS an-Naml/27: 24-26
Surat Nabi Sulaiman untuk Ratu Balqis
Setelah mendengarkan laporan dari burung Hudhud tentang
keyakinan yang batil dalam suatu masyarakat—yakni kerajaan Saba’yang merupakan
sebuah kerajaan besar dan kuat, yang mereka berada tidak jauh dari pusat
kekuasaan nabi Sulaiman di Palestina; nabi Sulaiman selaku nabi da rasul yang
bijaksana, ia tidak terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan. Untuk
mengklarifikasi berita yang dibawa oleh burung Hudhud[11]
serta guna memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang masyarakat tersebut
lalu ia merintahkan burung Hudhud untuk membawa suratnya kepada mereka. Lalu
mencari tau apa yang mereka diskusikan menyangkut isi surat itu. Sebagaimana
firman Allah:
Berkata Sulaiman: ”Akan kami lihat, apa kamu benar,
ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan membawa suratku
ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka lalu
perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” QS
an-Naml/27: 27-28
Setelah burung Hudhud berangkat ke negeri Saba’ dengan
membawa surat dari nabi Sulaiman. Ia menjatuhkan surat itu kepada sang ratu
yang kemudian langsung membuka dan membacanya. Lalu ratu Balqis pengumpulkan
para pejabat teras dan para penasehatnya untuk bermusyawarah. Bahwa ia telah
menerima surat dari Sulaiman yang mengajak mereka berserah diri, memeluk agama
tauhid. Sebagaimana diceritakan pada ayat selanjutnya:
Berkata Balqis: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya
telah dijatuhkan kepadaku sebuat surah yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari
Sulaiman dan sesungguhnya isinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku
dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. QS an-Naml/27: 29-31
Selanjutnya ratu Balqis berdiskusi dan
jajarannya bagaimana menanngapi surat tersebut.
Berkata Balqis: “Hai para pembesar! Berilah aku pertimbangan
dalam urusan ini aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu
berada dalam majelis (ku).” Mereka menjawab: ”Kita adalah orang-orang yang
memiliki kekuatan dan juga keberanian yang sangat dalam peperangan, dan
keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang kamu perintahkan.”
Dia berkata:” Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya
mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina; dan
demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim
utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh utusan-utusan ini.” QS
an-Naml/32-35
Ini menunjukkan betapa
besar usaha ratu Balqis untuk mengungkapkan apa yang belum ia ketahui tentang nabi
Sulaiman sehingga ia mengadakan musyawarah dengan para petinggi kerajaannya
untuk meminta pendapat dan pandangan mereka. Mereka mengatakan kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan
dan juga keberanian yang sangat dalam peperangan, dan keputusan berada
ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang kamu perintahkan. Setelah
mempertimbangkan segala sesuatunya serta mengingat kehancuran dan penderitaan
rakyatnya yang akan terjadi akibat peperangan karena raja-raja apabila
memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia menjadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka
perbuat, maka ratu Balqis terlebih dahulu mencoba jalan damai. Yaitu dengan
mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa
yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan ini. Balqis menguji terlebih
dahulu tentang kebenaran Sulaiman. Apabila Sulaiman seorang nabi tentulah ia
akan menolak hadiah tersebut namun sebaliknya jika ia mengambilnya tentulah ia
bukan seorang nabi[12].
Dengan demikian untuk mengulur waktu melihat tanggapan dari Sulaiman dan
memikirkan lebih lanjut tentang langkah yang akan diambil, antara berperang
atau damai.
Firasat ratu Balqis tentang kenabian
Sulaiman begitu kuat, karena Sulaiman menolak hadiahhadiah yang dibawakan oleh
utusannya. Penolakan nabi Sulaiman tersebut diceritakan Allah dalam ayat
selanjutnya:
Maka tatkala utusan-utusan itu sampai kepada Sulaiman,
Sulaiman berkata:” Apakah patut kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang
diberikan Allah kepadaku lebih baik dari pada apa yang diberikan-Nya kepadamu,
tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.Kembalilah kepada mereka sungguh kami
akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya,
dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri Saba’ dengan terhina dan mereka
menjadi tawanan-tawanan yang hina dina.” QS
an-Naml/36-37
Nabi Sulaiman menyurati mereka untuk
datang dan berserah diri kepadanya bukanlah karena harta sehingga iapun
menolaknya. Tapi karena semua itu karena ketaatan kepada Allah. Dapat dikatakan
di sini bahwa hadiah tersebut merupakan sogokan yang bertujuan menghalangi
Sulaiman dalam melaksanakan kewajibannya. Apa yang diberikan Allah kepadaku
lebih baik dari pada apa yang diberikan-Nya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga
dengan hadiahmu.
Selanjutnya nabi Sulaiman
memerintahkan kepada pimpinan rombongan kerajaan Saba’ bahwa kembalilah
kepada mereka yakni ratu dan mereka
yang taat kepadanya. Sungguh kami bersumpah bahwa sungguh kami akan
mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan
pasti kami akan mengusir mereka dari negeri Saba’ dengan terhina dan mereka
menjadi tawanan-tawanan yang hina dina menjadi tawanan-tawanan perang. Ini
tentu saja bila mereka tidak datang dan patuh pada kami[13].
Ratu Balqis Tunduk pada Agama Tauhid yang Dibawa Nabi Sulaiman
Al-Qur’an tidak menjelaskan apa yang
terjadi setelah penolakan hadiah ratu Balqis tersebut. Namun dapat diasumsikan
bahwa utusan kerajaan Saba’ tersebut menyampaikan hasil pertemuannya dengan
Sulaiman kepada sang ratu. Sebagian riwayat menyatakan bahwa menyadari bahaya
yang akan mengancam kelangsungan kerajaannya, maka ratu Balqis menyurati
Sulaiman bahwa ia akan mendatangi kerajaan Sulaiman. Cerita selanjutnya bahwa
nabi Sulaiman memerintahkan agar singgasana ratu Balqis diangkut ke kerajaannya
di Palestina sebelum rombongan mereka sampai.
Berkata Sulaiman:” Hai pembesar-pembesar, siapakah
diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya sebelum mereka datang
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.Berkata Ifrit (yang cerdik)
dari golongan jin:” Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu
kepada sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar
kuat untuk membacanya lagi dapat dipercaya.”Berkatalah seorang yang mempunyai
ilmu dari al-Kitab:” Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barangsiapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” QS an-Naml/38-40
Perintah nabi Sulaiman ini disanggupi oleh
Ifrit[14]
bahwa ia akan datang kepadamu dengan
membawa singgasana itu kepada sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;untuk
pulang beristirahat. Konon nabi Sulaiman itu berkantor dari pagi hingga siang
hari. Jika demikian berarti Ifrit akan mengangkut singgasana itu membutuhkan
waktu setengah hari.
Titah
ini juga mendapat tanggapan dari seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab:”
Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.”maka
dengan serta merta kemudian singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan
nabi Sulaiman. Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk
karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. Para ulama berbeda pendapat tentang tokoh seorang
yang mempunyai ilmu dari al-Kitab tersebut. Ada yang berpendapat bahwa ia
adalah Ashif ibn Barkhiya yang merupakan seorang ulama bani Israil yang juga
adalah salah seorang jajaran mentri nabi Sulaiman. Ada lagi yang menyatakan
bahwa ia adalah nabi Khidir atau bahkan malaikat Jibril.[15]
Namun dalam ayat di atas di jelaskan bahwa kemampuannya yang luar biasa tersebut
berdasarkan ilmu dan hikmah yang diperolehnya bersumber dari Kitab Allah.
Sementara ulama berpendapat bahwa
permintaan nabi Sulaiman itu bertujuan untuk menunjukkan kepada ratu Balqis
betapa besar kekuasaan dan anugerah Allah
yang telah dikaruniakan-Nya kepada nabi Sulaiman agar mereka dapat sadar
akan kelemahan serta ketidakberdayaannya lalu tunduk menyembah Allah.
Tatkala singgasana tersebut telah berada
di hadapan nabi Sulaiman, lalu ia memerintahkan untuk memberikan sedikit
“sentuhan” untuk membuat perubahan pada singgasana tersebut.
Dia berkata:”Ubahlah baginya singgasana, maka kita akan
melihat apakah dia mengenalnya ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak
mengenalnya.”Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupakah ini
dengan singgasanamu? Dia menjawab,”Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,
kami diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah
diri.”Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya untuk
melahirkan ke-Islamannya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk
orang-orang yang kafir.Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana!,”maka
tatkala dia melihat lantai istana tersebut, dikiranya kolam air yang besar dan
disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah
istana licin yang terbuat dari kaca. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dan aku berserah diri bersama
Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam.” QS
an-Naml/41-44
Perubahan yang mengesankan sedikit perbedaan
dengan singgasana sang ratu. Tujuannya agar lebih lanjut kita akan melihat
apakah dia mengenalnya bahwa singgasana tersebut adalah singgasanya yang
telah diubah ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.sehingga
dapat diketahui tentang kejelian dan ketelitian ratu Balqis.
Ketika ratu Balqis sampai di istana
nabi Sulaiman, Serupakah ini dengan singgasanamu? Pertanyaan itu dijawab
dengan sangat taktis, Dia menjawab,”Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.
Suatu jawaban yang menunjukkan ketelitiannya juga kekuatan mentalnya. Jawaban
yang tepat pada situasi seperti yang dialaminya.[16]
Mencermati keberadaan
“singgasana”nya dan pertanyaan nabi Sulaiman yang diajukan kepadanya
menyadarkannya tentang bukti berita/ pengetahuan tentang kehebatan nabi Sulaiman yang telah
mereka dengar sebelumnya. Dan hal itu kini telah terbukti dan mereka saksikan
sendiri. Selanjutnya Balqis mengatakan kami adalah orang-orang yang berserah
diri. Dengan pengertianbahwa ia dan pengikutnya berserah diri masuk ke
dalam agama tauhid yang dibawa oleh nabi Sulaiman dan meninggalkan kepercayaan
mereka sebelumnya yang sesat.
Bahwa kepercayaan yang mereka anut
selama ini dengan menyembah mata hari, Dan
apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya untuk melahirkan
ke-Islamannya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang
kafir.
Inilah bahagian akhir kisah tentang
ratu Balqis dalam al-Qur’an, dia lalu dipersilakan untuk memasuki istana nabi
Sulaiman. Setelah ujian yang pertama terkait dengan singgasananya yang
telah dipindahkan ke istana nabi Sulaiman dilaluinya dengan sukses, maka
tibalah ujian berikutnya terkait lantai kaca istana nabi Sulaiman. Maka
tatkala dia melihat lantai istana tersebut, yang terbuat dari kaca yang
bening. Dan konon di bawahnya mengalir air yang di dalamnya terdapat semisal
aquarium yang di huni oleh ikan-ikan. Dikiranya kolam air yang besar dan
disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah
istana licin yang terbuat dari kaca. Menyaksikan
kemuliaan, keagungan serta karunia Allah yang dilimpahkan kepada nabi Sulaiman,
maka berkatalah Bilqis: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam.Ini adalah jawaban yang
cerdas dan cemerlang pemikirannya. Di saat ia harus mengaku kekuatan dan
kekuasaan lawannya, ia tidak langsung mengakui kebesaran lawannya tetapi ia
merangkulnya dan menundukkan diri kepada Zat yang lebih tinggi dari pada
Sulaiman yaitu Allah Subhanahu Wata’ala.[17]
Adapun mengenai kelanjutan hubungan
antara nabi sulaiman dan ratu Balqis. Sebagian mufassir menyatakan bahwa
hubungan cinta antara keduanya berakhir dengan perkawinan. Mereka menikah dan
menjadi sepasang suami istri Walaupn menurut M. Quraish Shihab pembahasan
tersebut sebaiknya disingkirkan dari pembahasan tafsir[18].
Ratu Balqis: Potret Lambang
KemandirianPerempuan di Bidang Politik
Demikianlah al-Qur’an berceria
tentang kepemimpinan seorang perempuan dengan memberikan contoh kepemimpinan
ratu Balqis; penguasa negeri Saba’. Kisah ini menggambarkan tentang perempuan
yang mempunyai kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan
dalam mengambil suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Waktu ia menerima
surat dari nabi Sulaiman, ia musyawarahkan dengan para pembesar
kerajaannya. Walaupun merasa kuat dan siap untuk berperang dengan Sulaiman,
namun ia mempuyai sebuah pandangan yang jauh ke depan. Ia tak ingin
kerajaannnya hancur dan rakyatnya menderita akibat peperangan. Karena ia punya
intuisi kalau Sulaiaman adalah nabi. Melawan seorang nabi, adalah perbuatan
yang sia-sia. Seorang nabi adalah utusan
Allah yang tak mungkin dapat dikalahkan karena ia dapat pertolongan dari-Nya.
Dan tidaklah bijaksana menghalangi rakyatnya untuk menikmati kebenaran dengan
berperang melawannya untuk mempertahankan kebatilan[19].
Profil ratu Balqis sebagai seorang
pemimpin yang adil dan bijaksana sebagimana yang diceritakan dalam al-Qur’an di
atas kemudian dijadikan patron/ kriteria perempuan yang ideal dalam Islam. Kaum perempuan di masa Rasulullah digambarkan
sebagai perempuan yang aktif, sopan dan terpelihara akhlaknya. Bahkan dalam al-Qur’an
figur ideal seorang muslimah disimbolkan sebagai pribadi yang memiliki
kemandirian politik (al-istiqlal as-siyasah) (QS. Al-Mumtahanah/60:12),
seperti figur Ratu Balqis yang memimpin kerajaan super power (‘arsyun ‘azhim) (QS. an-Naml/ 27:23);
memiliki kemandirian ekonomi (al-istiqlal
al-iqtishadi) (QS. an-Nahl/16:97), seperti figur perempuan pengelola
peternakan dalam kisah Nabi Musa dengan putru nabi Syu’aib di Madyan (QS.
al-Qashash/28:23), kemandirian di dalam menentukan pilihan pribadi (al-istiqlal
asy-syakhshi) yang diyakini kebenarannya, sekalipun berhadapan dengan suami
bagi wanita yang sudah kawin, (QS. at-Tahrim/66:11) atau menentang pendapat
orang banyak bagi perempuan yang belum kawin (QS. at-Tahrim/66:12), al-Qur’an
mengizinkan kaum perempuan untuk melakukan gerakan “oposisi” terhadap berbagai
kebobrokan, dan menyampaikan kebenaran (QS. at-Taubah/9:71)[20].
Tidaklah mengherankan jika pada masa Nabi ditemukan sejumlah perempuan
memiliki kemampuan intelektual dan prestasi sosial yang cemerlang seperti yang
diraih kaum laki-laki, seperti para istri Rasul. Dalam jaminan al qur’an,
perempuan dengan leluasa memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, termasuk
politik, ekonomi dan berbagai sektor publik lainnya.
Pembicaraan al-Qur’an tentang ratu Balqis juga dijadikan para ulama yang mendukung kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan untuk menjustifikasi pendapat mereka bahwa
perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama menjadi kepala negara. Tentu
saja selama mereka memenuhi kriteria-kriteria yang telah digariskan.
Penutup
Demikianlah kisah seorang ratu yang memiliki kekuasaan, namun
kekuasaannya tidak menghalangi ia tunduk dan patuh kepada kebenaran[21].
Mudah-mudah menjadi mau’izhah hasanah bagi kita semua. Wa Allahu a’lamu bi ash-shawab
Daftar Pustaka
Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam al-Qur’an, Hadis dan Tafsir,
(terj), Bandung: Putaka Hidayah, 2001, Cet.ke-1
Chatibul Umam, et.
Al, Kajian Ayat- Ayat Al-Qur’an Tentang
Wanita, Jakarta: P2M IAIN Syarif Hidayatullah, 1996
Huzaemah T Yanggo,
Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta:
al-Mawardi Prima, 2001, Cet. Ke-1
Lies M Marcoes
Natsir dan Johan Hendrik Meuleman (ed), Wanita
Islam Indonesia dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual, Jakarta: INIS, 2003
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur’an, Volume 10, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2
------------, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur’an, Volume 11, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2
Siti Musdah Mulia (ed), Keadilan
dan Kestaraan Gender Perspektif Islam, jakarta: Lembaga kajian Agama dan
Jender, 2003, Cet. Ke-2
------------, Islam & Inspirasi Kesetaraan Gender, Yogyakarta: Kibar Press,
2007, Cet.ke-2
[1] Jayusman,
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung, http:
//jayusmanfalak.blogspot.com dan email: jay_falak@yahoo.co.id
[2] Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam
al-Qur’an, Hadis dan Tafsir, (terj), Bandung: Putaka Hidayah, 2001,
Cet.ke-1, h. 153
[3] Ibid, h. 153-154
[4] Dalam surat an-Maml dikisahkan tentang semut yang takut melihat
kehadiran Sulaiman dan bala tentaranya di lembah mereka. “Wahai semut-semut masuklah ke dalam sarang sarangmu agar kamu tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka
Sulaiman tersenyum mendengar perkataan semut. Dan ia berdoa,”Wahai Tuhanku
berlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahlan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal solehyang Engkau ridoi.
Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang
soleh” QS an-naml/27: 18-19
[5] Ibnu Katsir dalam Tasirnya sebagaimana di kutip Barbara Freyer
Stowasser menyatakan ia anak seorang wazir kerajaan Himyariyah yang ada di
Ma’rib Yaman. Ayahnya bernama Dzu Syarakh (sebagian yang menyebutnya
Syurahil--penulis) ibn Hudad dan ibunya bernama Umairah , anak seorang raja
Jin. Lih. Barbara, Op.cit, h.158 Dan kata Saba’ dapat berarti wilyah atau
negeri sebagai yang ditunjuk oleh al-Qur’an dalam surat an-Naml dan dapat juga
berarti kaum sebagaimana yang dimaksud dalam ayat dalam surat Saba’ berikut
ini. M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah
: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 11, Jakarta: Lentera hati,
2004, Cet.ke-2, h. 362
[6] Lih Ibid, h. 364
[7] Ibid
[8] Nabi Sulaiman adalah seorang Raja bani Israil yang pusat kekuasaannya
di Palestina. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan atas Bani Israil dari ayahnya
nabi Daud. Ia dikrunia oleh Allah mukjizat dapat berkomunikasi dengan burung.
binatang dan serangga. Adapun bala tentara kerajaannya terdiri dari manusia,
jin dan burung Lebih lanjut lih al-Qur’an surat an-Naml/27 ayat 15-19.
[9] M.Quraish Shihab, Tafsir
al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 10, Jakarta:
Lentera hati, 2004, Cet.ke-2, h. 209
[10] Ibid, h. 211-212
[11] Itulah sekelumit tentang kisah burung Hudhud dalam al-Qur’an. Burung
Hudhud adalah sejenis merpati yang dapat dilatih untuk membawa surat atau
barang-barang ringan dengan cara menjepatnya dengan paruh (untuk jarak tempuh
yang tidak terlalu jauh) atau
mengikatkan pada kaki atau bagian tubuhnya. Sayyid Quthub menguraikan
tentang perihal burung Hudhud sebagaimana yang dikutip oleh M.Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Mishbah; Hudhud merupakan salah satu anggota bala tentara abi
Sulaiman. Ia memiliki kemampuan dan keistimewaan yang melebihi jenis burung
yang lain. Ini terlihat dengan jelas dalam kisah di atas bahwa ia dapat
mengetahui situasi kerajaan Saba’, serta keadaan masyarakatnya, pengetahuan
yang hanya dapat dijangkau oleh manusia yang berakal, suci dan bertakwa. Hudhud
terbut merupakan suatu karunia dan mukjizat dari Allah. Begitu istimewanya
burung Hudhud ini sehingga nabi Sulaiman ketika
menginspeksi pasukannnya yang sangat besar, dengan begitu jeli tidak
menemukan keberadaannnya. Tentu saja si burung Hudhud ini merupakan sosok yang
penting dalam bala tentara tersebut. Ini dibuktikan laporannya yang begitu
pintar tentang negeri Saba’ yang ia jumpai. Ibid, 214—215 dan 217-218
[12]Huzaemah T Yanggo, Fiqih
Perempuan Kontemporer, Jakarta: al-Mawardi Prima, 2001, Cet. Ke-1,h. 80
[13] Quraish, Vol 10, Op.cit, h. 222
[14]Ifrit adalah yang kuat dan cerdik dari bangsa Jin. Kata Ifrit menurut
Quraish Shihab berati yang sangat kuat lagi gangat cerdas dan tidak dapat
dicederai, juga tidak dapat dikalahkan. Jika digunakan untuk manusia berati
mempersamakannya engan makhluk halus tersebut. Ibid, h. 224
[15]Ibid, h. 226
[16]Ibid, h. 228-229
[17] Lih Huzaemah, Op.cit, h. 83
[18] Quraish, Vol 10, h. 232 dan Barbara , Op.cit, h.17-158
[19] Ibid, h. 83-84 dan lih juga Chatibul Umam, et. Al, Kajian Ayat- Ayat Al-Qur’an Tentang Wanita,
Jakarta: P2M IAIN Syarif Hidayatullah, 1996, h. 73-74
[20] Siti Musdah Mulia (ed),
Keadilan dan Kestaraan Gender Perspektif Islam, jakarta: Lembaga kajian
Agama dan Jender, 2003, Cet. Ke-2, h.
Xiii dan lihat juga Stiti Musdah Mulia, Islam & Inspirasi Kesetaraan
Gender, Yogyakarta: Kibar Press, 2007, Cet.ke-2, h. 17-18
[21] M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian
al-Qur’an, Volume 10, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2, 232
............copas to http://laboratoriumstudial-quran.blogspot.com/2012/03/ratu-balqis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar