Freemasonry
secara bahasa terdiri dari dua kata, Free dan Mason. Free artinya
merdeka dan mason artinya tukang bangunan. Dengan demikian Freemasonry
secara etimologis berarti “tukang-tukang bangunan yang merdeka”.
Secara hakikat, Freemasonry atau Al-Masuniyyah (dalam bahasa Arab)
adalah sebuah organisasi Yahudi Internasional bawah tanah yang tidak ada
hubungannya dengan tukang-tukang bangunan yang terdapat pada abad
pertengahan.
Freemasonry di atas juga tidak ada hubungannya dengan kegiatan
pembangunan kapal atau katedral besar seperti yang banyak diduga oleh
sebagian orang. Tetapi maksud Freemasonry di sini adalah tidak terikat
dengan ikatan pihak manapun kecuali sesama freemason.
Freemasonry berasal dari gerakan rahasia yang dibuat oleh sembilan
orang Yahudi di Palestina pada tahun 37 M, yang dimaksudkan sebagai
usaha untuk melawan pemeluk Masehi, dengan cara pembunuhan terhadap
orang per-orang.
Menurut buku "Kabut-kabut Freemasonry", salah seorang yang disebut sebagai pendirinya adalah Herodes Agrida I (meninggal 44 M). Ia dibantu oleh dua orang Yahudi, Heram Abioud dan Moab Leomi. Freemasonry selanjutnya menempatkan dirinya sebagai musuh terhadap agama Masehi maupun Islam.
Pada tahun 1717 M gerakan rahasia ini melangsungkan seminar di London
di bawah pimpinan Anderson. Ia secara formal menjabat sebagai kepala
gereja Protestan, namun pada hakikatnya adalah seorang Yahudi. Dalam
seminar inilah gerakan rahasia tersebut memakai nama Freemasonry
sebagai nama barunya. Sebagai pendirinya adalah Adam Wishaupt, seorang
tokoh Yahudi dari London, yang kemudian mendapatkan dukungan dari
Albert Pike, seorang jenderal Amerika (1809-1891).
Organisasi ini sulit dilacak karena strukturnya sangat rahasia,
teratur, dan rapi. Tujuan gerakan Freemasonry secara umum adalah:
- Menghapus semua agama.
- Menghapus sistem keluarga.
- Mengkucarkacirkan sistem politik dunia.
- Selalu bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia dan
merusak kehidupan politik, ekonomi, dan sosial negara-negara non-Yahudi
atau Goyim (sebutan dari bangsa lain di luar Yahudi).
Tujuan akhir dari gerakan Freemason adalah mengembalikan bangunan
Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha, di kota Al-Quds
(Yerussalem), mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan
Zionis Internasional, seperti yang diterapkan dalam Protokol para
cendekiawan Zionis.
Buku Protokol ini berisikan langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh
para hakkom, catatan pembicaraan yang dilakukan di dalam setiap rapat
mereka, serta berisikan 24 bagian (ayat) yang mencakup rencana politik,
ekonomi, dan keuangan, dengan tujuan menghancurkan setiap bangsa dan
pemerintahan non-Yahudi, serta menyiapkan jalan penguasaan bagi
orang-orang Yahudi terhadap dunia Internasional.
Dalam gerakannya, Freemasonry menggunakan tangan-tangan cendekiawan
dan hartawan Goyim, tetapi di bawah kontrol orang Yahudi pilihan. Hasil
dari gerakan ini di antaranya adalah mencetuskan tiga perang dunia,
tiga revolusi (Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi
Industri di Inggris), melahirkan tiga gerakan utama (Zionisme,
Komunisme, dan Nazisme)
FREEMASON GLOBAL
Freemansory terbagi ke dalam tiga tingkatan:
(1) Majelis Rendah atau Freemansory Simbolis;
(2) Fremansory Majelis Menengah; dan
(3) Fremansory Majelis Tinggi.
Dalam penerimaan keanggotaan, Freemasonry tidak mempersoalkan agama
calon anggota. Bahkan calon anggota disumpah sesuai dengan agama yang
dianutnya. Dalam Freemasonry diadakan model kenaikan pangkat hingg
level ke-33 bagi orang-orang Goyim. Orang-orang yang berhasil dijaring
kemudian diberikan tugas untuk menyebarkan paham Freemasonry dan bekerja
untuk merealisasikan tujuannya.
Orang-orang tertarik kepada Freemasonry karena mereka menganggap bahwa
organisasi ini bergerak di bidang kemanusiaan. Di balik itu mereka
menanamkan doktirn “Pengembangan Agama” atau “Polotisme”, yang
mengatakan semua agama itu sama, baik, dan benar. Lebih jauh Freemasonry
dengan secara halus membawa anggotanya memahami Atheisme.
Peranan Freemasonry dalam Meruntuhkan Khilafah Turki Utsmani
Dalam usaha menguasai Palestina, selain strategi langsung menemui
Sultan Abdul Hamid II, penguasa terakhir Daulah Turki Utsmani yang
paling terkemuka. Kaum Yahudi-Zionis juga melancarkan strategi tidak
langsung melalui gerakan Freemansory. Gerakan ini memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan organisasi “Ittihat ve Terrakki” (Al-Ittihad wa
At-Tarraqqi; Persatuan dan Kemajuan) yang berkembang sangat pesat di
Salonika, Yunani.
Anggota-anggota Komite Persatuan dan Kemajuan, yang dikenal sebagai
kelompok Turki Muda (Young Turks), diketahui sangat dekat dengan militer
dan banyak anggota-anggotanya yang merupakan orang Yahudi (Jews) dan
Cryto Jews Salonika. Untuk menjalankan roda organisasi, mereka
mendapatkan dukungan finansial dari orang-orang Dunama, yaitu
sekelompok Yahudi yang masuk Islam, namun secara diam-diam tetap
mempertahankan keyahudiannya.
Komite Persatuan dan Kemajuan sesuai dengan program utamanya yang
dipublikasikan, berusaha kuat menekan Sultan Abdul Hamid II untuk
memberlakukan kembali Konstitusi 1879 yang dirancang oleh Midhat Pasha
seorang Dunama anggota Freemasonry. Usaha ini berhasil sehingga Sultan
Abdul Hamid II memberlakukan kembali perlembagaan 1879 dan membentuk
kembali parlemen yang sudah dibubarkan.
Pemberlakuan kembali perlembagaan 1879 telah menyulut kerusuhan yang
terjadi pada tanggal 13 April 1909 yang menunjukkan penolakan
masyarakat yang mayoritas Muslim terhadap kekuasaan Komite Persatuan dan
Kemajuan sekaligus wujud kebencian terhadap Freemasonry, terutama dari
kalangan ulama. Para ulama menilai bahwa perlembagaan 1879 dapat
membawa Khilafah Utsmaniyah ke arah sekularisme dan pemberangusan
terhadap syariat Islam.
Untuk “memulihkan ketertiban”, para pejabat militer Macedonia mengirimkan pasukan Harekat Ordusu dari Salonika.
Akan tetapi pasukan yang dipimpin oleh Dunama-Freemason bernama Ramzy
Bey ini malah berbalik menyerang kedudukan Sultan dan menghancurkan
barikade-barikade pertahanan para penentang konstitusi. Akibat
peristiwa ini kemudian dipecatnya Sultan Abdul Hamid II dari
kedudukannya sebagai Sultan-Khalifah oleh parlemen.
Terhadap peristiwa pemecatan ini, Sultan Abdul Hamid II menuding
kelompok Yahudi sebagai pihak yang bertanggung jawab. Hal ini terungkap
dalam surat Sultan Abdul Hamid II kepada salah seorang gurunya, Syekh
Mahmud Abu Syamad, yang berbunyi:
“...Saya meninggalkan kekhalifahan
bukan karena suatu sebab tertentu, melainkan karena tipu daya dengan berbagai
ancaman dari tokoh-tokoh Organisasi Persatuan yang dikenal dengan sebutan Cun
Turk (Jeune Turk), sehingga terpaksa saya meninggalkan kekhalifahan itu.
Sebelumnya, organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang agar menyetujui
dibentuknya sebuah negeri nasional bagi bangsa Yahudi di Palestin. Saya tetap
tidak menyetujui permohonan berulang-ulang yang memalukan ini. Akhirnya mereka
menjanjikan uang sebesar 150 juta pounsterling emas. Saya tetap dengan tegas
menolak tawaran itu. Saya menjawab dengan kata-kata,
~ Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan
menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih aku hidup mengabdi kepada kaum
Muslimin dan kepada Islam itu sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran
sejarah Islam yang telah dirintis oleh nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah
Uthmaniah. Sekali lagi aku tidak akan menerima tawaran kalian ~
Setelah mendengar dan mengetahui sikap dari jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan
rahasia yang dimiliki memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan mengancam
akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu
daripada menyetujui permintaan mereka.
Saya banyak bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng Daulah
Utsmaniyah, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan
oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestina. Biarlah semua berlalu. Saya
tidak bosan-bosan mengulang rasa syukur kepada Allah Ta’ala, yang telah
menyelamatkan kita dari aib besar itu. Saya rasa cukup di sini apa yang perlu
saya sampaikan dan sudilah anda dan segenap ikhwan menerima .
Salam hormat saya. Guruku Yang Mulia, mungkin sudah terlalu banyak yang saya
sampaikan. Harapan saya, Anda beserta jamaah yang Anda bina bisa memaklumi
semua itu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
22
September 1909
ttd
Pelayan Kaum Muslimin,
Abdul
Hamid bin Abdul Majid
(Carr,
1991:21)
Penurunan Sultan Abdul Hamid II dari
kedudukannya sebagai Sultan-Khalifah menandai berkuasanya Komite Persatuan dan
Kemajuan secara langsung dalam pemerintahan Uthmaniah. Untuk melempangkan
kekuasaannya, maka kemudian Komite Persatuan dan Kemajuan mengambil garis
tegas untuk menjalankan ide Turanisme (Nasionalisme Turki) di berbagai bidang.
Sementara itu, pada tanggal 21 November terjadi perjanjian antara Inggris dan
Turki untuk membahas penyelesaian masalah Turki. Dalam kesempatan tersebut
Inggris mengajukan syarat-syarat agar pasukannya dapat ditarik dari wilayah
Turki, yang dikenal dengan “Perjanjian Luzon”, yaitu:
- Turki harus menghapuskan
Khilafah Islamiyah serta mengusir khalifahnya dan menyita semua harta
kekayaannya.
- Turki harus berjanji untuk
menghalangi setiap gerakan yang membela kekhalifahan.
- Turki harus memutuskan
hubungannya dengan dunia Islam.
- Turki harus menerapkan hukum
sipil sebagai pengganti hukum Daulah Utsmaniyah yang bersumberkan Islam.
Penghapusan khilafah ini kemudian
diikuti dengan pemberangusan segala unsur Islam dalam masyarakat. Dari mulai
penutupan dan pengalihfungsian masjid-masjid, pelarangan penggunaan bahasa
Arab, tulisan Arab dan pakaian Muslim, hingga penghapusan Mahkamah Syariah dan
perubahan penanggalan ke kalender Masehi. Dengan demikian berakhirlah Khilafah
Turki Utsmani yang telah dipertahankan selama sekitar 640 tahun.
Prestasi Musthafa Kamal Attaturk,
agen Freemasonry dalam menghapuskan Khilfah Turki Utmani tersebut sangat
dibanggakan oleh Freemasonry, hingga disebutkan dalam Ensiklopedi Freemasonry:
“Revolusi Turki (yang dimulai) pada tahun 1918 yang diprakarsai oleh saudara
yang mulia Mustafa Kamal Attaturk sangat menguntungkan rakyat, melenyapkan kekuasaan
Sultan, memberantas Khilafah, menghilangkan Mahkamah
Syariat, menyingkirkan perananan
agama Islam, dan menghapuskan kementerian Wakaf (Agama). Bukankah semua ini merupakan
pembaruan yang dikehendaki Freemasonry dalam setiap bangsa yang sedang
bangkit? Siapakah di antara tokoh Freemasonry yang dapat menandingi Attaturk,
baik dulu maupun sekarang?” (Al-Kailani, 1992: 190).
Wallahu a’lam.
Sumber: Ar-risalah
1. Dr. Nashir Al-‘Aql, Muqaddimat fil Iftiraq wal Bida’.
2. WAMY, Al-Mausu’ah Al-Muyassarah fi Adyan wal Madzahib
Al-Mu’ashirah.
3. Dr. Majid Al-Kailani, Bahaya Zionisme terhadap Dunia Islam.
4. Adelmazeder, Parasit Aqidah.
5. William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, Pustaka Al-Kautsar.
6. Irfan S. Awwas dan Drs. Muh. Thalib (Ed.), Doktrin Zionisme dan
Ideologi, Wihdah Press.